Dalamrangka Hari Orang Sakit Sedunia ke-26 yang jatuh pada tanggal 11 Februari, Paroki Kranji melalui WKRI Cabang Santo Mikael sebagai panitia mengadakan Mi 2020- Hari Orang Sakit Sedunia Ke-28. 2019 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-27. 2018 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-26. 2017 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-25. 2016 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-24. 2015 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-23. 2014 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-22. 2013 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21. EkaristiMINGGU BIASA VI/B, 11 Februari 2018 (HARI ORANG SAKIT SEDUNIA KE-26 2018) 1. Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya ditutupi. Berbahagialah manusia, yang kesalahannya 2. Dosa-dosaku kuungkapkan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata, AKURATCO Setiap tanggal 1 Agustus diperingati sebagai Hari ASI Sedunia. Peringatan Hari ASI Sedunia ini diikuti dengan rangkaian Pekan ASI Sedunia yang berlangsung mulai tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya. Dikutip dari laman World Alliance for Breastfeeding Action (WABA), hari ASI Sedunia atau Pekan ASI Sedunia adalah kampanye global untuk Padabulan Oktober 2018, dengan Sinode Para Uskup dengan tema Orang-orang muda, iman dan penegasan panggilan, Gereja telah melakukan proses refleksi tentang kondisi kalian di dunia sekarang ini, terhadap pencarian makna dan rencana dalam hidup, terhadap hubungan kalian dengan Allah. Pada Januari 2019, saya bertemu dengan ratusan ribu teman-teman kalian dari seluruh dunia, yang berkumpul di Panama untuk Hari Orang Muda Sedunia. apakah susu ultra milk full cream bisa menambah berat badan. – Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2022 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati Luk. 636. Apa yang sebaiknya dilakukan? Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada setiap Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan. Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” Ayub 2915, kepada sesama yang sakit. Kita semua diajak untuk mampu menjadi “mata untuk orang buta” dan “kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan. Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian. Banyak sekali orang sakit atau lansia yang tinggal sendirian di rumah menunggu kunjungan kita. Pelayanan kunjungan dan penghiburan adalah tugas bagi setiap orang yang dibaptis “ketika Aku sakit, kamu melawat Aku” Mat 2536. Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan. Dampak ekonomi dan sosial pandemi COVID-19 sebenarnya jauh lebih menghancurkan, melemahkan dan memberatkan bagi masyarakat luas, tidak hanya dampak sakit oleh para penyintas saja. Namun demikian, kita semua yang terdampak secara ekonomi dan sosial tetap diingatkan untuk tetap membantu semua saudara kita, yang terdampak pandemi COVID-19 secara medis dan menjadi pasien, dengan terapi yang lengkap. Jika terapi ingin efektif, Paus Fransiscus berpesan agar terapi harus mempunyai aspek relasional, karena aspek ini memampukan pendekatan holistik kepada pasien. Aspek relasional dapat membantu dokter, perawat, tenaga profesional dan relawan untuk merasa bertanggung jawab mendampingi pasien, di jalan penyembuhan yang didasarkan pada hubungan antarpribadi yang saling percaya. Aspek relasional ini menciptakan perjanjian antara mereka yang membutuhkan layanan medis dan mereka yang menyediakan layanan itu, dalam sebuah perjanjian yang didasarkan pada rasa saling percaya, hormat, keterbukaan dan kesiapsediaan diri. Hal ini akan membantu mengatasi sikap defensif, menghormati martabat orang sakit, menjaga profesionalisme dokter dan petugas kesehatan lainnya, bahkan mampu berperan dalam membina hubungan yang baik dengan keluarga pasien. Dalam menangani orang sakit, dokter dan petugas kesehatan profesional lain hendaknya memprioritaskan kata benda orang’, dibandingkan kata sifat sakit’. Oleh sebab itu, para petugas kesehatan profesional haruslah bermurah hati, karena Allah “kaya akan belas kasih” Ef. 24. Dia selalu menjaga anak-anak-Nya dengan kasih seorang Bapa, bahkan ketika mereka berpaling dari-Nya. Allah memelihara kita dengan kekuatan seorang ayah dan kelembutan seorang ibu. Puncak acara Hari Orang Sakit Sedunia ke-30 akan diselenggarakan pada Pesta Santa Perawan Maria, karena pandemi COVID-19, tidak jadi diselenggarakan di Arequipa, Peru seperti yang direncanakan, namun dipindahkan di Basilika Santo Petrus di Vatikan, pada hari Jumat, 11 Februari 2022. Momentum Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick 2022, mengingatkan kita agar mendampingi meraka yang menderita sakit dengan murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati Luk. 636. Selain itu, saat kita sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan. Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita? Fx Wikan Indrarto – Dokter spesialis anak di RS Panti Rapih dan Lektor di FK UKDW Yogyakarta Related posts Sejarah peringatan Hari Orang Sakit Sedunia HOSS ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992, dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Bapa Suci menetapkan Hari Orang Sakit Sedunia HOSS hanya setahun setelah Beliau sendiri didiagnosa menderita penyakit parkinson awal 1991. Hari itu dibaktikan khusus sebagai “hari khusus untuk doa dan berbagi, untuk mempersembahkan penderitaan 11 Februari adalah hari Pesta Bunda Maria dari Lourdes dan hari ini dipilih menjadi HOSS karena banyak peziarah dan pengunjung ke Lourdes yang telah disembuhkan melalui doa-doa Bunda Perawan. Dalam setiap peristiwa hidup yang kita alami hendaknya kita selalu mengikutsertakan Bunda Maria terlebih dalam penderitaan karena sakit, kita semua berharap Bunda dapat menolong dalam permohonan akan alasan Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam menetapkan HOSS nampak dari ketiga tema yang terus-menerus didengungkan setiap tahun, yaitu Mengingatkan umat beriman untuk berdoa secara khusuk dan tulus untuk mereka yang sakitMengundang semua orang Kristiani untuk merefleksikan dan menanggapi penderitaan manusiaMengakui dan menghormati semua orang yang bekerja dan melayani dalam bidang kesehatan dan sebagai pemerhati ini adalah tahun ke 28 HOSS, Paroki Pademangan mengadakan Misa peringatan HOSS pada tanggal 08 Februari 2020. Dalam homili yang disampaikan, Romo Gregorius Sasar Harapan, SVD menyampaikan tema HOSS tahun ini adalah “Datanglah kepadaKu, kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” Matius 1128. Dan disampaikan pula, pesan Paus Fransiskus agar kita semua memiliki hati seperti Orang Samaria yang baik hati terlebih mereka yang bekerja di bidang medis, menolong dan merawat orang-orang sakit dengan hati yang tulus. Dijelaskan juga, bahwa Yesus sendiri pernah mengalami penderitaan Ia mampu merasakan dan sungguh-sungguh menjalani penderitaan itu dengan penuh sukacita karena Bapa selalu memberikan penghiburan kepada Nya. Hanya orang yang pernah mengalami penderitaan yang mampu menghibur orang lain. Yesus, mengajak kita semua secara terus menerus agar kita lebih dekat denganNya. Karena jika kita dekat dengan Kristus,maka kita akan mampu meneladani sikap hidup Yesus, mengatasi segala penderitaan dan juga mampu menghibur mereka yang sakit dan sikap hidup kita yang senantiasa bersyukur maka kita akan semakin dekat dengan Kristus. Orang yang senantiasa bersyukur akan mengalami sukacita dan kegembiraan dalam hidup, maka bersyukurlah senantiasa. Kita bersyukur, maka kita bergembira janganlah kita bergembira baru kita pertama-tama adalah hati dan pikiran kita harus sehat, semua sakit penyakit berasal dari hati dan pikiran kita, jika kita selalu berpikir buruk maka penderitaanlah yang kita rasakan, tetapi jika kita terus menerus membiasakan diri kita untuk berpikir positif, mengutamakan doa dan rasa syukur kita kepada Allah maka sukacita dan kegembiraan senantiasa kita dalam kesempatan ini, kita berdoa bagi mereka yang sakit dan menderita juga kita berdoa bagi mereka paramedis agar mereka senantiasa sehat sehingga mereka dapat melayani dan merawat orang-orang sakit dengan baik. Santo Yakobus dalam bacaan pertama di hari ini memberikan keyakinan kepada kita semua, bahwa Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar Salfo – Dalam beberapa tahun terakhir ini, di paroki kami selalu dirayakan Hari Orang Sakit Sedunia. Apa tujuannya? Selain ajakan untuk lebih banyak memperhatikan dan berdoa bersama untuk orang sakit, apakah iman kita mempunyai andil dalam penyembuhan? Veronika Irmawati, 085233207xxx Pertama, pada 13 Mei 1992, Paus Yohanes Paulus II menetapkan 11 Februari sebagai Hari Orang Sakit Sedunia HOSS dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Penetapan ini hanya berjarak setahun setelah dia didiagnosa menderita penyakit Parkinson pada awal 1991. Menurut Bapa Suci Yohanes Paulus II, HOSS dibaktikan sebagai “hari khusus untuk doa dan berbagi, untuk mempersembahkan penderitaan kita”. Tujuan itu kemudian dirinci, yaitu 1 mengingatkan umat beriman untuk berdoa secara khusyuk dan tulus untuk mereka yang sakit; 2 mengundang semua orang Kristiani untuk merefleksikan dan menanggapi penderitaan manusia; 3 mengakui dan menghormati semua orang yang bekerja dan melayani dalam bidang kesehatan dan berbagai pemerhati kesehatan. Kedua, bersama dengan ajakan untuk solider dan peduli kepada orang sakit, HOSS juga gencar mengajak umat menyadari peran iman, baik dalam menghadapi penderitaan dan sakit, maupun dalam proses penyembuhannya. Kita selalu diingatkan bahwa mukjizat-mukjizat Yesus masih terus terjadi, melalui kehadiran-Nya dalam sakramen-sakramen, terutama melalui sakramen-sakramen penyembuhan Rekonsiliasi dan Pengurapan Orang Sakit, dan secara khusus melalui Sakramen Ekaristi. Penetapan Pesta Bunda Maria dari Lourdes, 11 Februari, sebagai HOSS membawa pesan iman ini. Penyembuhan dan mukjizat yang terjadi di Lourdes membuktikan, bahwa mukjizat penyembuhan masih terjadi, terus terjadi dan akan terjadi. Semua itu terjadi karena iman. Maka kata-kata perwira yang digunakan dalam liturgi Ekaristi sebelum komuni, adalah ungkapan iman yang nyata, bukan sekadar pelengkap liturgis “Ya Tuhan saya tidak pantas, Tuhan datang pada saya, tetapi berkatalah saja, maka saya akan sembuh”. Apa yang terjadi di Lourdes, bisa terjadi juga di manapun di seluruh dunia, jika kita sungguh beriman seperti perwira itu “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya” Mat 813. Ketiga, pemilihan tanggal 11 Februari juga punya makna mengikutsertakan Bunda Maria dalam permohonan akan kesembuhan. Seperti halnya dalam perkawinan di Kana, permohonan yang dibawa bersama Bunda Maria dan melalui Yesus, akan didengarkan oleh Allah Bapa. Kita diundang untuk meniru iman Maria yang luar biasa pada Yesus, yaitu ketika Maria meminta para pelayan, untuk melakukan apa saja yang diperintahkan Yesus, meskipun Yesus mengatakan “Saat-Ku belum tiba.” Yoh 2 4-5. Peran Bunda Maria sebagai Ibu yang peduli pada anak-anaknya, mendapatkan penekanan dalam tema HOSS tahun 2018 ini, yaitu “Mater Ecclesiae Ibu, inilah anakmu! Inilah ibumu! Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya’” Yoh 1926-27. Sebagai ibu, Bunda Maria pasti tidak akan membiarkan anak-anaknya berada dalam kesulitan dan penderitaan. Seperti dalam perkawinan di Kana, Bunda Maria akan membawa kebutuhan-kebutuhan kita, melalui Yesus kepada Allah Bapa. Keempat, dalam pesan Bapa Suci yang diterbitkan setiap tahun dalam rangka HOSS, tak henti-hentinya para Bapa Suci, menekankan secara khusus tugas Gereja untuk memberikan sakramen-sakramen penyembuhan, yaitu Sakramen Rekonsiliasi dan Pengurapan Orang Sakit, yang umumnya mencapai puncaknya dalam Ekaristi. Dimensi penyembuhan riil dari sakramen-sakramen inilah yang perlu ditekankan kembali. Gereja melanjutkan kepedulian Yesus Kristus kepada orang sakit, dan melalui kuasa penyembuhan dari sakramen-sakramen itu, Yesus terus hadir dan bekerja di tengah-tengah umat. Petrus Maria Handoko CM Laporkan Konten Laporkan Akun HOSS di Gereja Santa Maria PRI Lahat Minggu 11/02/18, Gereja diseluruh dunia memeringati Hari Orang Sakit Sedunia HOSS, termasuk Gereja Paroki Santa Maria Pengantara Rahmat Ilahi Laha Laporkan Konten Laporkan Akun Laporkan Konten Laporkan Akun Laporkan Konten Laporkan Akun Sakit Bukan Hukuman dari Tuhan Hari Orang Sakit Sedunia Bertepatan dengan Hari Orang Sakit Sedunia Paroki BMV Katedral Bogor bekerjasama dengan Komunitas Kerahiman Ilahi KKI Bogo Laporkan Konten Laporkan Akun FX Wikan Indrarto Dokter Spesialis Anak RS Bethesda Yogyakarta, Alumnus S-3 UGM Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992 dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Bapa Suci menetapkan Hari Orang Sakit Sedunia HOSS setahun setelah didiagnosa menderita penyakit parkinson pada awal 1991. Apa yang sebaiknya kita ketahui? Ketiga tema HOSS yang terus- menerus didengungkan setiap 11 Februari adalah mengingatkan semua orang beriman untuk berdoa secara khusyuk dan tulus bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia. Ketiga, penghargaan bagi semua orang yang bekerja dalam bidang kesehatan. Subtema HOSS 2015 ini mengajak kita untuk merenungkan dari perspektif ”sapientia cordis ” kebijaksanaan hati seturut seruan Paus Fransiskus. Pertama, kebijaksanaan hati berarti melayani saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang diawali dengan kemurnian hati, pelayanan dan bela rasa, sampai menghasilkan buah yang baik. Dalam pelaksanaan melayani orang sakit tersebut, kita diharapkan mampu bersikap seturut semangat Ayub,” Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” Ayub 2915 kepada sesama yang sakit, khususnya orang miskin, anak yatim, dan janda. Hari ini juga kita semua diajak untuk menunjukkan bukan dengan kata-kata, tetapi dengan kehidupan yang berakar dalam iman sejati bahwa kita mampu menjadi ”mata untuk orang buta” dan ”kaki bagi orang lumpuh”. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekadar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan. Apalagi pada pasien yang sakit berat sudah pasti tidak lagi mampu mengungkapkan rasa terima kasihnya, karena kesadarannya sudah jauh menurun. Meskipun tidak ada yang menginginkannya, setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan, bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Apalagi sakit berat, kronis, dan kemungkinan sembuhnya kecil seperti kanker, sudah seharusnya menjadi momentum untuk menyatukan kita semua umat manusia. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat untuk datang kepada Tuhan. Dalam pertemuan dengan Tuhan melalui caranya masingmasing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian. Kita dapat membantu orang sakit agar masa penderitaannya dapat diubah menjadi masa rahmat. Sering kali dalam penderitaan sakitnya orang mudah terjatuh untuk menjadi putus asa dan kehilangan harapan. Pada saat itulah kita yang sehat sebaiknya menekankan akan penyertaan Tuhan, sehingga masa sakit tersebut dapat diubah menjadi masa rahmat Ilahi dengan permenungan mendalam untuk mengevaluasi kembali hidup seseorang, mengakui kegagalan, buruknya perilaku hidup, dan kesalahan, serta membangkitkan kerinduan akan Tuhan dan mengikuti jalan menuju rumah-Nya. Kedua, kebijaksanaan hati seharusnya diartikan bahwa waktu yang kita habiskan dengan orang sakit, apalagi melayaninya, adalah waktu suci. Sering kali kita lupa nilai khusus tentang waktu yang dihabiskan di samping tempat tidur orang sakit, karena alasan terburuburu dan terjebak dalam hirukpikuk aktivitas rutin. Kebijaksanaan hati berarti bahwa kita memberikan waktu mendampingi saudara yang sakit, karena kita secara bebas mengurus dan bertanggung jawab untuk orang lain. Ketiga, kebijaksanaan hati berarti menunjukkan solidaritas dengan saudara-saudara kita dan tidak menghakimi mereka atas sakit yang mereka alami. Saat mengunjungi, merawat, dan menemani orang sakit, diam saja pun sudah mencukupi seperti teman-teman Ayub ”Dan mereka duduk dengan dia di tanah tujuh hari tujuh malam dan tidak ada yang berbicara sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat bahwa penderitaannya sangat besar.” Ayub 213. Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal sama dari semua orang di sekitar kita sebagaimana pergerakan dan putaran roda sistem Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang sekarang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan untuk pasien yang sakit akan lebih mudah terwujud. Kendali tersebut juga penjaminan pembiayaan pasien dilakukan oleh BPJS Kesehatan. Hal ini dapat terwujud karena kebebasan profesi dokter semakin mampu direduksi, kompleksitas masalah medis pasien makin dapat diabaikan, dan mutu pelayanan medik yang dilakukan semakin dapat disetarakan. Jaminan pembiayaan pasien apabila tetap di dalam pengendalian akan dapat menjangkau seluruh rakyat Indonesia universal health coverage dengan dana BPJS Kesehatan yang tersedia. Terjadi perubahan besar dalam sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia setelah sistem JKN diberlakukan sejak 1 Januari 2014. Jasa medis yang diterima petugas kesehatan pada umumnya terjadi penurunan nominal dibandingkan dengan pada saat sistem kesehatan yang lama. Penghargaan bagi petugas kesehatan layak diberikan terutama karena dedikasinya yang tetap tinggi dan tidak berubah dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi para pasien sesuai ketentuan dalam program JKN. Dengan momentum Hari Orang Sakit Sedunia 11 Februari 2015 kita diingatkan agar memiliki kebijaksanaan hati bagi para orang sakit. Sudahkah kita bertindak untuk meringankan beban orang sakit di sekitar kitaars

hari orang sakit sedunia 2018